![]() |
Gereja yang nyaris kosong |
Apapun hal yang
timbul dalam pikiran Anda saat membaca judul di atas, hingga timbul
keingintahuan Anda untuk membaca isi tulisan ini, yang jelas ini adalah sesuatu
yang nyata-nyata terjadi. Dari waktu ke waktu banyak orang Kristen yang
meninggalkan gerejanya, bahkan imannya, lalu pindah ke gereja lain, denominasi
lain, bahkan kepercayaan yang lain.
Tentu saja, di satu
sisi seseorang yang beralih keyakinan adalah fenomena yang sudah biasa terjadi, bahkan di Indonesia
merupakan salah satu perwujudan nyata dari kebebasan beragama yang dijamin dan
dilindungi oleh Negara. Namun di sisi lain, kita selaku umat percaya sudah
selayaknya prihatin. Bukan untuk melemparkan kesalahan kepada pihak lain,
melainkan untuk introspeksi, untuk menengok ke dalam diri sendiri. Ada apa
dengan Gereja Kristus masa sekarang ini?
Sebagai referensi,
hasil survey terbaru oleh Pew Research Center (sebagaimana dilansir dalam Christiannews.com tanggal 14 Mei 2015)
menunjukkan adanya peningkatan jumlah
anggota gereja dari berbagai denominasi di Amerika Serikat yang menanggalkan
keanggotaan gereja mereka, dan mengganti iman Kristiani dengan agama lain, bahkan
tidak sedikit yang memilih menjadi ateis. Walau survey ini berlangsung di
Amerika, tetapi relevansinya sangat mendekati situasi banyak gereja di
Indonesia juga.
Tak dapat
dipungkiri, fakta bahwa gereja semakin menjadi "tidak menarik",
bahkan di mata orang-orang dalam lingkungan gereja sendiri, terutama disebabkan
perilakuanggota-anggota gereja yang
seringkali tidak sejalan dengan firman Tuhan. Misalnya, Yesus pernah berkata:
"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi
kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi" (Yohanes 13:34). Kalau
mau jujur, seberapa sering Anda menjumpai warga gereja yang sungguh-sungguh
menerapkan perintah Tuhan ini? Ada berapa kawan se-gereja Anda yang menunjukkan
kasih dengan kadar yang sama dengan
kasih yang ditunjukkan Kristus? Yang kita dapati dominan dalam gereja justru
adalah kesombongan, kepentingan diri sendiri, mencari-cari kesalahan orang
lain, dsb.
![]() |
Bergosip = menyebar fitnah |
Namun, ada juga
sebahagian warga jemaat yang meninggalkan gereja dan bahkan imannya, karena
membiarkan dirinya dikalahkan oleh godaan dunia. Inilah yang terjadi saat
Paulus menulis kepada Timotius: " Berusahalah supaya segera datang
kepadaku, karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia
telah berangkat ke Tesalonika." (2 Timotius 4:9-10). Hal yang sama juga
terjadi di dalam keluarga besar kami, baik dari pihak istri saya maupun saya
sendiri. Seorang kerabat istri saya (keponakan jauh, gitu lah) dibesarkan di
dalam keluarga yang kehidupan ekonominya lebih dari cukup, bahkan terbilang
mewah. Namun, ia tidak segan-segan menanggalkan iman Kristianinya dan memilih
memeluk agama suaminya, semata-mata karena menginginkan kelimpahan kemewahan
hidup yang lebih lagi. Dalam keluarga besar saya juga, ada yang pindah agama
dengan dalih cinta kepada pasangannya. Ini pun bukan hal yang baru. Raja Salomo
yang penuh hikmat dari Allah itu pun jatuh karena hal yang sama: cinta.
Kesaksian Alkitab dalam 1 Raja-raja 11:1-4 menceritakan demikian:
1 Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing.
Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon
dan Het,
![]() |
Raja Salomo |
3 Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan
dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN.
4 Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya
itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan
sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.
Hal itu tidak asing
lagi di telinga Anda, bukan?
Kutipan yang terkenal dari MAHATMA GANDHI (1869-1948), seorang tokoh nasionalis India pada zaman penjajahan oleh Inggris, yang berbunyi: "I like your Christ, I do not like your Christians. Your Christians are so unlike your Christ." (Saya menyukai Kristus Anda, akan tetapi saya tidak menyukai orang-orang Kristen Anda, karena mereka tidak menyerupai Kristus Anda) seharusnya menjadi tamparan keras bagi kita (yang mengaku sebagai) pengikut Yesus Kristus. Walaupun hal itu dikatakannya kurang lebih 70 tahun yang lalu, namun tetap relevan pada zaman kita sekarang, dengan begitu banyaknya orang-orang Kristen yang kelihatan "saleh" pada hari Minggu di gereja, tapi sangat sulit dibedakan dari "orang-orang dunia" pada hari Senin hingga Sabtu.
Pada kesempatan
lain, Gandhi juga pernah mengatakan: "If
Christians would really live according to the teachings of Christ, as found in
the Bible, all of India would be Christian today." Kata-kata ini
membawa ingatan kita kembali ke zaman Gereja Mula-mula, tidak lama setelah
Pencurahan Roh Kudus 50 hari setelah kebangkitan Tuhan, di mana peningkatan
jumlah anggota jemaat berlangsung begitu pesat. Kisah Para Rasul 2:41-47
menggambarkannya demikian:
41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi
diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu
jiwa.
42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan
dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan
berdoa.
43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul
itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.
44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap
bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta
miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan
masing-masing.
46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul
tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing
secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang.
Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Dari ayat-ayat di
atas dapat disimpulkan bahwa hal yang pertama dan utama yang menarik
orang-orang luar untuk datang mendekat dan akhirnya masuk menjadi anggota
Gereja bukanlah ajaran Kristiani, khotbah para rasul, bahkan bukan pribadi
Kristus sendiri, melainkan cara hidup
para anggota jemaat di kala itu.
![]() | |
Jemaat Gereja Mula-mula |
Pola hidup yang
ditunjukkan jemaat Gereja Mula-mula ini mencakup: bertekun
dalam pengajaran rasul-rasul (di mana ada kerendahan hati untuk menerima
dan belajar firman Tuhan), persekutuan
(di mana ada saling mengasihi dan saling menerima), memecah-mecahkan roti (di mana ada saling memberi dan membagi),
dan doa (di mana ada komunikasi aktif
dengan Allah baik dalam persekutuan maupun secara individual). Pola hidup
semacam inilah yang membuat Gereja Mula-mula menjadi sebuah perkumpulan yang
SANGAT MENARIK di mata masyarakat sekitar. "Dan
mereka disukai semua orang" (ayat 47b). Dan konsekuensi wajarnya,
selalu ada saja yang tertarik untuk bergabung. "Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang
diselamatkan" (ayat 47c)
Bandingkanlah
sekarang dengan gereja di mana Anda rutin beribadah: masih adakah Anda dapati
pola hidup semacam ini di dalamnya? Apakah gereja Anda masih merupakan sesuatu
yang "menarik" bagi masyarakat sekitar?
Pada kasus-kasus
tertentu, warga jemaat memilih meninggalkan gerejanya karena melihat hal-hal
yang dipersepsikan sebagai "ketidakberesan" di dalam gereja tersebut,
entah itu dalam hal ajaran (doktrinal), tata kelolanya (administratif), atau
bahkan sikap gembala sidangnya (behavioral) yang dirasa tidak membangun jemaat.
Beberapa gereja mainstream di Amerika bahkan sudah jelas-jelas
menyimpang dari prinsip Alkitabiah dan ikut arus dengan kebijakan resmi
pemerintah Obama yang mendukung aborsi dan perkawinan sesama jenis, dan
mengkriminalisasi kelompok-kelompok Kristen yang menentang hal-hal itu. Bahkan
ada gereja tertentu yang menyimpang sangat jauh dan menerapkan
"inklusivisme religius" dengan mengundang masuk kelompok-kelompok
agama lain, dan mempersilakan mereka menerapkan ritual-ritual mereka di dalam
gereja, dan liturgi gerejanya justru disesuaikan dengan ritual-ritual tersebut.
Di lain pihak, ada
kelompok-kelompok Kristen yang tetap teguh berpegang pada firman Allah, dengan
lantang menyuarakan penentangan terhadap hal-hal yang tidak alkitabiah, serta
menyerukan pertobatan dan peringatan bahwa Hari Tuhan, yakni Akhir Zaman, sudah
dekat, dan kedatangan Sang Mesias, Raja di atas segala raja, Tuhan Yesus
Kristus, sudah di ambang pintu.
Rasul Paulus juga
memperingatkan demikian: "Sebab sebelum Hari itu [Akhir Zaman] haruslah
datang dahulu murtad... " (2 Tesalonika 2:3) Dengan kata lain, salah satu
tanda menjelang Akhir Zaman adalah kemurtadan besar-besaran dan meluas di
kalangan umat percaya, mengiringi tanda-tanda lainnya (perang, kelaparan,
penyakit sampar, gempa bumi, tanda-tanda yang dahsyat di langit dll.) dengan
frekuensi dan intensitas yang makin meningkat. Berlawanan dengan sikap
orang-orang dunia yang cenderung menanggapi situasi dunia yang demikian dengan
ketakutan dan kebingungan, kita yang telah diselamatkan dalam Yesus justru
seharusnya mengantisipasinya dengan sukacita dan pengharapan, oleh karena sabda
Tuhan ini:
Berbicara tentang
tanda-tanda Akhir Zaman, dalam hal ini yang diuraikan oleh Tuhan Yesus dalam
Matius 24:3 dst., Markus 13:3 dst., dan Lukas 21:7 dst., biasanya orang lebih
berfokus pada hal-hal seperti deru perang (Matius 24:6), penyakit sampar dan
kelaparan (Matius 24:7), tanda-tanda yang dahsyat di langit (Lukas 21:11,25),
dan mengabaikan fakta bahwa di saat menjawab pertanyaan murid-murid tentang
tanda-tanda menjelang kedatangan-Nya, hal pertama
yang disebut Tuhan Yesus adalah penyesatan.
"Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang
menyesatkan kamu!" (Matius 24:4). Kata-Nya pula: "Sebab banyak orang
akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan
menyesatkan banyak orang. ... Sebab
Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan
tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin,
mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga" (Matius 24:5, 24). Inilah
yang nyata-nyata terlihat, bukan? Ajaran yang menyimpang dari Alkitab makin
menggejala di sejumlah gereja di Indonesia. Akibatnya, warga
jemaat yang merasa tidak nyaman dengan kesesatan-kesesatan itu, terlebih mereka
yang mengetahui kebenaran Alkitab, memilih keluar meninggalkan gereja tersebut;
sementara mereka yang betah terus berada di sana, makin terlarut dalam gelombang
kesesatan di dalamnya.
"Apabila
semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab
penyelamatanmu sudah dekat."
Amen, MARANATHA!