Pages

Friday, February 6, 2015

Berserulah Kepada-Ku!

Kisah ini hanya fiksi semata, namun mengandung pelajaran rohani yang berharga.
Selamat membaca, semoga menjadi berkat! ^_^

Seorang laki-laki tengah mengendarai mobil melewati sebuah jalanan sepi di luar kota. Di kiri-kanan jalan hanya nampak pepohonan yang rapat menghutan, dengan pegunungan di latar belakangnya. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar bunyi seperti pesawat terbang yang sedang melintas. Bunyi itu semakin mendekat, dan sekonyong-konyong tampaklah sumber bunyi itu: sebuah pesawat latih kecil.tengah melintas di langit. Tapi...... nampaknya pesawat itu sedang kehilangan kendali, terlihat dari sayapnya yang bergerak mengayun-ayun tidak beraturan. Kemudian pesawat itu berbelok arah, dan menukik.... tepat mengarah ke depan mobil tersebut! Laki-laki itu terkejut dan panik, dan tangannya yang memegang setir mendadak menjadi kaku.

Siapa laki-laki itu? Dia adalah seorang pengusaha yang berhasil, hidupnya makmur, dan nampaknya segala yang diinginkannya dalam hidup telah dapat dicapainya. Namun ada satu hal yang cukup dominan dalam kepribadiannya: dia sangat membenci Kekristenan, serta segala hal yang berkaitan dengan Yesus Kristus dan gereja. Dia sangat yakin bahwa agama yang dianutnyalah yang paling benar, dan semua orang yang tidak seagama dengannya dapat dipastikan akan masuk neraka.

Telah sering dia mendengar pengajaran-pengajaran dari kalangan Kristen yang menekankan bahwa satu-satunya jalan keselamatan hanyalah melalui Yesus Kristus, dan hanya Dialah yang dapat membawa manusia ke sorga. Suatu doktrin yang dianggapnya sangat aneh. Bagaimana mungkin seorang manusia biasa dapat membawa kita ke sorga? Bukankah Yesus itu lahir sebagai manusia, dan matinya pun sebagai manusia juga? Benar-benar tidak masuk akal, pikirnya.

Tapi, entah kenapa, pada detik-detik yang sangat kritis itu, di saat ia melihat betapa pesawat itu meluncur dengan sangat cepat mendekati mobilnya, dan ia tidak mungkin lagi menghindar, dan ia merasa bahwa kematian sudah di depan matanya, saat itulah ia berteriak dalam keputusasaan dan dengan suara tercekat: "YESUS, TOLONG AKU!!!"

Sepersekian detik kemudian moncong pesawat itu menghunjam ke kaca depan mobilnya, disusul ledakan hebat, membuat baik pesawat maupun mobil tersebut hancur berkeping-keping.


Kemudian lelaki itu tersadar. Ia melihat keadaan dirinya: badannya, tangannya, kakinya... Tidak ada luka sama sekali. Apakah tadi itu hanya mimpi? Kemudian ia mencoba mengenali keadaan sekelilingnya. Ia seperti berdiri di dalam sebuah lorong gelap. Di ujung lorong itu ada cahaya. Sangat terang, tetapi tidak menyilaukan. Maka ia pun berjalan perlahan-lahan menuju cahaya tersebut. Makin mendekati sumber cahaya itu, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda. Ia merasa hatinya sangat tenang. Damai. Sukacita. Sesuatu yang belum pernah dirasanya seumur hidupnya.

Kemudian samar-samar dilihatnya suatu sosok di tengah-tengah cahaya itu. Sosok yang tinggi besar, memakai jubah putih panjang. Kemudian dilihatnya wajahnya. Wajah seorang laki-laki, berambut panjang sebahu, dengan raut wajah yang berwibawa, namun memancarkan kelembutan. Sama persis dengan wajah laki-laki yang sering dia lihat gambarnya dipajang di rumah rekan-rekan dan tetangganya yang Kristen. Tidak salah lagi: pasti inilah Yesus Kristus itu. Oknum yang selalu direndahkan dan dihinanya selama hidupnya. Dan Oknum itu sekarang berdiri di hadapannya.

Namun anehnya, dia tidak merasa takut. Bahkan perasaan tenang dan damai yang dirasanya itu, makin bertambah kuat, saat berdiri di depan Sosok yang mulia itu.

Lalu ia  pun memberanikan dirinya untuk bertanya, "Aku.... di mana? Apakah aku sudah mati?"

Dengan suara-Nya yang lembut namun berwibawa, Yesus menjawab: "Engkau tidak mati, anak-Ku. Engkau baru saja memulai kehidupan barumu bersama-Ku. Mari, masuklah ke dalam Kerajaan Bapa-Ku. Kami telah menunggumu."

Dan tiba-tiba muncullah sosok-sosok lain, yang juga tinggi besar dan berjubah putih. Para malaikat. Banyak sekali jumlahnya. Mereka membentuk dua kelompok besar di belakang Yesus, dan di tengah-tengahnya membentuk sebuah jalan.

Tiba-tiba suasana khidmad itu terganggu dengan munculnya sesosok makhuk lain. Entah dari mana, di dekat barisan malaikat itu tiba-tiba berdiri seekor naga besar, berwarna kemerah-merahan, dan matanya menyala-nyala oleh kemarahan.

Lelaki itu memandanginya, dan mulai mengenalinya sebagai Lucifer, si iblis yang sering disebut-sebut teman-teman Kristennya sebagai penyebab kejatuhan manusia ke dalam dosa. Saat manusia mati dan dihakimi, Lucifer inilah yang akan bertindak sebagai pendakwa manusia itu, dan membeberkan segala pelanggaran dan kejahatan manusia itu selama hidupnya.

"Apakah dia sekarang datang untuk mendakwaku juga?" pikir lelaki itu, dan mulai timbul kekhawatiran dalam dirinya.
,
Sesaat kemudian, kekhawatirannya terbukti. Dengan suara seraknya, si naga Lucifer itu berkata, "Tuhan! Orang ini bukanlah seorang yang percaya kepada-Mu! Selama hidupnya ia sangat menentang Engkau, bahkan ia mencela Injil-Mu, dan melecehkan murid-murid-Mu! Seharusnya ia ikut bersamaku!"

Mendengar kata-kata Lucifer itu, Yesus mendekati lelaki itu dan sambil meletakkan tangan-Nya di atas bahu lelaki itu, Yesus menjawab Lucifer. Kata-Nya:

"Selama hidupnya orang ini menaruh harapannya kepada agamanya dan kepada allahnya, bukan kepada-Ku. Tetapi menjelang akhir hidupnya di bumi, Ia berharap kepada-Ku, bahkan berteriak meminta pertolongan-Ku. Bukankah telah Kufirmankan : "Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau"? Juga: " Barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan."? Dia telah melakukannya, dan Aku menepati janji-Ku."

Mendengar jawaban itu, Lucifer perlahan-lahan mundur, kemudian meraung dengan suara keras dalam kegeramannya. Dan tiba-tiba ia lenyap begitu saja dari pandangan, secepat kemunculannya beberapa menit sebelumnya.

Suasana kembali dipenuhi sukacita, dan sekumpulan besar malaikat itu mulai bertepuk tangan dengan riuh, bahkan mereka bergemuruh dengan sorak-sorai, ketika Yesus menyambut lelaki itu dengan pelukan hangat-Nya. Dan Ia berkata:

"Selamat datang di rumah-Ku. Sekarang inilah rumahmu."